Minggu, 26 Mei 2013

Indahnya Ukhuwah


Bissmillahirrahmannirrahim
Inilah yang kelak akan kurindukan disaat sudah tidak lagi berstatus sbg mahasiswa.
Awalnya hanya ide-ide ringan dari sahabat” seperjuangan di LDK kampus yang ada di Subang. Ringan namun penuh makna yang telah terpikirkan jauh-jauh hari. Mengadakan suatu acara besar yang acaranya bisa dikerjakan oleh LDK yg ada di Subang diantaranya LDK Mahisa STKIP, LDK Subulussalam, UKMI STIESA. Tidak sembarang acara yang ingin kami hadirkan namun sebagai sarana kami menyiarkan islam, menjalin ukhuwah, dan menumbuhkan semangat dakwah agar lebih bersemangat lagi ketika berpulang kembali ke kampus masing-masing untuk berdakwah.
Setiap pekan kami berkumpul bersama saling bertukar ide berlian yang kami punya, walaupun disetiap pertukaran ide itu ada perbedaan pendapat yang belum bisa diterima oleh masing-masing individu. Hal seperti itu yang membuat hangat (panas) suasana. Tak terasa skitar 2 bulan acara kami persiapkan, semua kemampuan yang kami miliki kami keluarkan pikiran, waktu, tenaga, dan materi untuk keberlangsungan acara ini. Alhamdulillah acara bisa berlangsung pada hari Sabtu, 25 mei 2013 ini.
Banyak kisah yang terukir di memoriku tentang ke-Maha Besar-an Allah yang mempertemukan kita dalam acara ini. Kalau bukan karena takdir Allah kita tidak akan pernah bertemu untuk saling menguatkan, yang selanjutnya kekuatan itu harus kita sebarkan ke sahabat lain di kampus kita yang tidak sempat ikut berparsitifasi dalam acara ini. Dari yang awalnya kami belum saling mengenal, karena pertemuan itu kami menjadi akrab. Ini berarti salah satu misi kita berhasil “menjalin ukhuwah”.
Saya bangga dengan antum semua yang benar-benar total untuk keberhasilan acara ini. Jangan khawatir sahabat Allah maha melihat atas semua yang kita lakuakan maka allah pun akan membalas setiap hal yang kita lakukan itu, semoga ini menjadi amal baik kita semua untuk bekal agar bisa bertemu dengan Rabb dan kekasihnya Nabi Muhammad Saw.
Jangan lupa sahabat setelah acara ini ukhuwah kita harus semakin erat, semangat pun harus Full untuk mengajak sahabat” kita yang lainnya untuk kembali ke jalan ALLAH SWT. Manfaatkan waktu kita agar selalu bermanfaat untuk orang lain.
Suatu hari nanti sahabat akan merindukan hal-hal seperti ini setelah sahabat semua meninggalkan dunia kampus. So mumpung masih menjadi mahasiswa mari kita manfaatkan waktu kita untuk membangun kampus madani dengan kegiatan” yang islami.
Terakhiar dari saya secara pribadi mau mengucapkan Jazakkallah khairan katsiran atas partisifasi sahabat semua yang begitu total dalam mensukseskan acara ini. Semoga Allah meridhoi dan membalas semua apa yang telah dilakukan. Aamiin ya Robbal’alamin. Teriring kata maaf yang ingin saya sampaikan bila selama bekerjasama dengan sahabat semua banyak kekurangan, kesalahan dan kealfaan yang saya lakukan mohon dimaafkan.
Keep Hamasah !!


By: Rima Nurhakim

Senin, 03 Desember 2012

Doa untuk seluruh wanita di dunia




Aku harap setiap wanita seperti Khadijah
Yang dimuliakan oleh Rasulullah
Yang beriman ketika orang-orang ingkar
Yang membenarkan Rasulullah ketika orang-orang mendustakan
yang menolong dengan hartanya ketika tidak ada yang memberi
yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya
 
Aku harap setiap wanita seperti Fatimah Az-Zahra'
Putri tersayang Rasulullah, ibu dari Hasan dan Husein
Pemimpin muslimah Madinah dengan kecerdasan dan kasih sayangnya
hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan terhormat
rela menggiling gandum dengan batu hingga melecetkan tangannya
dan mengangkut wadah berisi air hingga berbekas di dadanya
 
Aku harap setiap wanita seperti Khansa
‘Ibunda para mujahid’  pembela kehormatan Islam
Mendidik semua anaknya untuk menjadi para mujahid yang haus akan syahid
Kemudian tersenyum bangga atas keyahidan belahan-belahan hatinya
Dan ia lebih mencintai Allah dan Rasul diatas segala-galanya.
 
Aku berharap kepada Tuhan untuk memberikan ia yang melahirkanku sebuah tempat yang terhormat sebagai seorang syuhada.
Karena, ia telah melahirkan seorang manusia dengan peluh keringat, air mata, rasa sakit, dan darah yang mengalir deras diantara hidup dan mati.
Kemarahan, kesabaran, kejenuhan, keletihan yang amat sangat datang silih berganti dalam membina seorang insan.
Senyum, tawa, peluk dan cium diberikan tulus tanpa mengharap sebuah balas senyum, tawa, peluk dan cium yang setimpal.
Aku meminta dan terus meminta agar mereka  semua yang telah melahirkan dengan sakit yang tiada tara, untuk disayangi dan dicintai oleh-Nya seperti saat mereka mencintai kita semua.
 
Aku menangis untuk ibu para pahlawan di seluruh dunia
Yang melahirkan orang-orang pilihan dan pembawa perubahan
Mengajarkan mereka menjadi manusia yang terbaik bagi manusia yang lain dengan kasih dan kesabaran.
Melepas mereka pergi berjuang membangun sejarah.
Menangis bangga  ketika sang Pahlawan Gugur di medan laga atau menangis bahagia ketika sang Pahlawan kembali dengan kemenangan.
Malam-malamku diisi oleh tangis untuk memohon kepada Sang Maha Gagah untuk memberikan mereka kejayaan dunia dan akhirat.
 
Ketika surga telah diletakkan di telapak kaki para wanita
Maka dimuliakan tempatnya di sisi Allah dibanding seorang laki-laki
Dijadikan para pemimpin dunia yang gagah pun takluk di kerlingan matanya
Dilahirkan manusia-manusia besar pembawa perubahan dari rahimnya yang mulia
Lalu apa itu emansipasi wanita,  yang hanyalah sebuah jargon belaka?
Karena wanita telah diberikan kehormatan sesungguhnya dari Sang Raja Dunia
 
Aku berdoa, memohon, meminta Kepada Satu-satunya Dzat Yang Patut Dicintai
Untuk menjauhkan badannya dari kesakitan saat berjuang menegakkan haknya
Untuk mengharumkan namanya diantara terjangan fitnah dunia yang datang
Untuk menjauhkan pandangan mata penuh kehinaan dari dirinya
Untuk menjauhkan semua perbuatan dosa yang mungkin dilakukan
Untuk menjadikan Suaminya sebagai pelindungnya di dunia
Untuk selalu dan selalu memberikan kekuatan pada saat diberikan cobaan
Untuk senantiasa diberikan perlindungan dari godaan Syetan yang terkutuk
Untuk selalu diberikan cinta seperti matahari memberikan sinarnya kepada Bumi
 
Malam ini, saat malaikat turun ke bumi memberikan rahmat kepada manusia yang terjaga menyebut asma-Nya
Aku bersimpuh, menundukkan kepala, melemahkan hati
Berdoa untuk semua wanita yang ada di dunia
 
 

Minggu, 02 Desember 2012

Pacaran Dalam Pandangan Islam



      a.      Islam Mengakui Rasa Cinta
Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .”(QS. Ali Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mengejawantahkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku”.

b.      Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal
Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih ‘keren’nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan ‘pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `the real gentleman`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul seorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi the real man.

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Kecuali memang ada hubungan `mahram` (keharaman untuk menikahi). Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. 

Sedangkan pemandangan yang lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.

Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c.       Pacaran Bukan Cinta
Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung.

Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d.      Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan
Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan. 

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,”Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa’ fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha’ Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661) 

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta’aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari - hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuan.

Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.